Pada sebuah dusun yang kecil tentram
dan indah, hiduplah tradisi yang sangat melekat yang berbau mistis. Sesembahan dan
sesajen sering penduduk laksanakan demi terciptanya suasan dusun yang tetap
subur dan tentram.
Ketika langit mulai gelap, hujan badai sangat menyeramkan disertai
Guntur yang sangat menggelegar, penduduk desa mulai ketakutan dan penduduk desa
mulai mengetahui bahwa ada yang sedang menanyakan nasib hidupnya kepada “orang
pintar”. Pada waktu yang berrsamaan orang pintar tersebut memanggil setan peliharaannya
untuk terbang ke langit menuju ‘Arsy. Untuk melihat nasib orang tersebut karena semua nasib masa depan
manusia telah tercatat di ‘arsy.
Ketika para setan mulai terbang ke ‘arsy malaikat penjaga ‘arsy
tidak tinggal diam, mereka pun melakukan perlawanan, para malaikat memecut
setan-setan yang berusaha keras untuk mengintip catatan manusia .
Pecutan yang di miliki malikat bukanlah pecut yang sering kita
jumpai di dunia, pecutannya berbentuk batu yang di lempar atau sering di sebut
“batu petir”.
Ketika batu petir dilempar ke setan terjadilah cahaya petir yang
merambat-rambat. Dan suara Guntur yang dahsyat.
Dasar setan lebih pintar dari pada malaikat ada saja setan yang
berhasil menembus ke ‘arsy. Tetapi informasi kebenaran yang didapat setan di campur
aduk dengan 1000 kebohongan, jadi informasi yang didapat oleh pencari
nasib yang di tanyakan kepada “orang pintar”. Sudah . hal ini sudah sulit di terima oleh logika.
Para penduduk dusun sangat ketakutan dengan
petir dan suara Guntur yang sangat menjadi-jadi. Penduduk pun sering mengadakan
ritual bakar tulang hewan berkaki empat ketika suara Guntur dan petir terjadi.
Mereka melakukan hal tersebut bertujuan untuk
memanggil para setan yang terbang ke ‘arsy, agar setan-setan turun kembali kebumi. Karena setan-setan
sangat menyukai bau dari hasil pembakaran tulang-tulang yang dilakukan
oleh para penduduk dusun tersebut.
Pada saat itu pula Guntur dan petir berhenti
mereda karena setan tidak lagi terbang menuju ‘arsy, tetapi turun lagi ke bumi untuk menikmati
aroma bau tulang.